LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTERITIS
(DIARE)
I.
KONSEP DASAR
A.
Pengertian
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal atau cair
(Hipocrates)
Diare adalah buang air besar yang tida nomral dan cair, dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya (Neonatus > 4 kali dan bayi-anak > 3
kali dalam sehari) (Lab IKA FKUI, 1988).
B.
Etiologi
Penyebab diare (Lab IKA FKUA, 1984)
1.
Infeksi
a.
Infeksi enteral :
Ø Bakteri : Vibrio,
entamoeba coli, salmonella, shigela
Ø Virus : enterovorus,
adenovirus, rotavirus, asatrovirus
Ø Parasit : cacing,
protozoa, jamur
b.
Infeksi parenteral
Infeksi dibagian tubuh lain di luar
alat pencernaan ( ISPA, saluran kemih dan OMA)
2.
Malabsorbsi
a.
Malabsorbsi karbohidrat
(intoleransi laktosa)
b.
Malabsorbsi protein
c.
Malabsorbsi lemak
3.
Faktor makanan
4.
Faktor psikologis
C. Patofisiologi ( Lab IKA FKUI 1988 dan Lab IKA
FKUA 1984)
![]()
- Infeksi enteral
* Bakteri
* Virus
* Parasit
- Infeksi parenteral
|
|
Faktor penyebab :
- Faktor malabsorbsi
- Faktor makanan
- Faktor psikologis
|
Fecal-oral
![]() |
GI Tract

Gangguan Villi Usus
![]() |
![]() ![]()
- Over -
feeding
- Malabsorbsi KH
bahan makanan yang tak berserat
|
SEKRESI
- Infeksi in-teropatogen
- Interotropik
hormon secreting faktor
|
OVERGROWTH BACTERI
Usus halus terkontaminasi
|
ABSORBSI ABNORMAL
Ion aktif klorida abnormal
|
KERUSAKAN MUKOSA
Inflamatory Bowel DEsease
|
MOTILITAS INTESTINAL ABNORMAL
- Hipomotility
- Hipermotili -ty
- Short bowel syndrom
|






DIARE
![]() |
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]()
Tonisistas plasma
- Hipotoni
- Isotoni
- HIpertoni
- BJ Urine
- Mata cowong
- Kulit kering/ tidak elastis
|
Derajat
- Ringan
- Sedang
- Berat
|
HIPO-GLIKEMIA
Persediaan glikogen menurun
Kadar glukosa Menurun
- < 40 mg % (bayi)
- < 50 mg% (anak)
- <100mg%
(Dewasa)
|
GANGGUAN GIZI
Intake menurun
Kelemahan,
Aktivitas menurun
|
GANGGUAN
SIRKULASI
Tekanan koloid osmotik
Volume plasma
Imballance air dan elektrolit
Syok hipovolumia
- Kerusakan sel
- perfusi ja-ringan menurun
|
GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAMA BASA
METABOLIC ASIDOSIS
- Kehilangan Na-bic bersama faeces
- Ketosis kelaparan
- Produksi
metabolis-me berisfat asam
- Perpindahan ion Na
dari ekstra sel ke intra sel
|
E. Derajat
Dehidrasi (Lab IKA FKUI, 1988)
- Kehilangan berat badan
a.
2,5 % tidak ada dehidrasi
b.
2,5-5% Dehidrasi ringan
c.
5-10 % dehidrasi sedang
d.
> 10% dehidrasi berat
- Skor Maurice King
Bagian Tubuh
|
N I L A I
|
||
Yang Diperiksa
|
0
|
1
|
2
|
Keadaan Umum
Turgor
Mata
UUB
Mulut
Denyut Nadi
|
Sehat
Normal
Nomral
Normal
Normal
Kuat
< 120
|
Gelisah cengeng, apatis, ngantuk
Sedikit, kurang
Sedikit cekung
Sedikit cekung
Kering
Sedang
(120-140)
|
Mengigau, koma/syok
Sangat kurang
Sangat cekung
Sangat cekung
Kering, sianosis
Lemah
> 140
|
KETERANGAN :
Ø Skor :
-
0-2 dehidrasi ringan
-
3-6 dehidrasi sedang
-
7-12 Dehidrasi berat
Ø Pada anak-anak Ubun Ubun Besar sudah menutup
Ø Untu k kekenyalan kulit :
- 1 detik : dehidrasi ringan
- 1-2 detik : dehidrasi sedang
- > 2 detik
: dehidrasi berat
II.
PENGKAJIAN
A.
Identitas
Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi
diare untuk neonatus > 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari
dalam sehari. Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya diare pada nak ditinjau dari pola makan, kebersihan dan
perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat perlaku
kesehatan dan komunikasi dalam pengumpulan data melalui wawancara atau
interview. Alamat berhubungan dengan epidemiologi (tempat, waktu dan orang) (
Lab. FKUI, 1988).
B.
Keluhan utama
Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis
berupa BAB yang tidaknomral/cair lebih banyak dari biasanya (LAN IKA, FKUA,
1984)
C.
Riwayat Penyakit Sekarang
Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah
dilakukan. Diare dapat disebabkan oleh karena infeksi, malabsorbsi, faktor
makanan dan faktor psikologis.
Kuatitatif, gejala yang dirasakan akibat diare bisanya berak lebih
dari 3 kali dalam sehari dengan atau tanpa darah atau lendir, mules, muntak.
Kualitas, Bab konsistensi, awitan, badan terasa lemah, sehingga mengganggu
aktivitas sehari-hari .
Regonal,perut teras mules, anus terasa basah.
Skala/keparahan, kondisi lemah dapat menurunkan daya tahan tubuh dan
aktivitas sehari-hari.
Timing, gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak yang terjadi
karena infeksi atau faktor lain, lamanya
untuk diare akut 3-5 hari, diare berkepanjangan > 7 hari dan Diare kronis
> 14 hari (Lab IKA FKUA, 1984)
D.
Riwayat Penyakit sebelumnya
Infeksi parenteral seperti ISPA, Infeksi Saluran kemih, OMA (Otitis
Media Acut) merupakan faktor predisposisi terjadinya diare (Lab IKA FKUA, 1984)
E.
Riwayat Prenatal, Natal dan
Postnatal
1.
Prenatal
Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan semester
pertama, penyakti selama kehamilan yang menyertai seperti TORCH, DM,
Hipertiroid yang dapat mempengaruhi pertunbuhan dan perkembangan janin di dalam
rahim.
2.
Natal
Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yangdapat
mempengaruhi fungsi dan maturitas organ vital .
3.
Post Natal
Apgar skor < 6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi atau
hiperbilirubinemia. BErat badan dan panjang badan untuk mengikuti pertumbuhan
dan perkembangan anak pada usia sekelompoknya. Pemberian ASI dan PASI terhadap
perkembangan daya tahan tubuh alami dan imunisasi buatan yang dapat mengurangi
pengaruh infeksi pada tubuh.
F.
Riwayat Pertumbuhan dan
Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan menjadi bahan pertimbangan yang penting
karena setiap individu mempunyai ciri-ciri
struktur dan fungsi yang berbeda, sehingga pendekatan pengkajian fisik
dan tindakan haruys disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan (Robert
Priharjo, 1995)
G.
Riwayat Kesehatan Keluarga
1.
Penyakit
Apakah ada anggota keluarga yangmenderita diare atau tetangga yang
berhubungan dengan distribusi penularan.
2.
Lingkungan rumah dan komunitas
Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygiene yang kurang
mudah terkena kuma penyebab diare.
3.
Perilaku yang mempengaruhi
kesehatan
BAB yang tidak pada tempat (sembarang)/ di sungai dan cara bermain
anak yangkurang higienis dapat mempermudah masuknya kuman lewat Fecal-oral.
4.
Persepsi keluarga
Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu keputusan
untuk penangan awal atau lanjutan ini bergantung pada tingkat pengetahuan dan
penglaman yang dimiliki oleh anggota keluarga (orang tua).
H.
Pola Fungsi kesehatan
1.
Pola Nutrisi
Makanan yang terinfeksi, pengelolaan yang kurang hygiene berpengaruh
terjadinya diare, sehingga status gizi dapat berubah ringan samapai jelek dan
dapat terjadi hipoglikemia. Kehilangan Berat Badan dapat dimanifestasikan
tahap-tahap dehidrasi. Dietik pada anak < 1tahun/> 1tahun dengan Berat
badan < 7 kg dapat diberikan ASI/ susu formula dengan rendahlaktosa, umur
> 1 tahun dengan BB > 7 kg dapat diberikan makananpadat atau makanan
cair.
2.
Pola eliminasi
BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa lendir, darah
dapat mendukung secara makroskopis terhadap kuman penyebab dan cara penangana
lebih lanjut. BAK perlu dikaji untuk output terhadap kehilangan cairan lewat
urine.
3.
Pola istirahat
Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat terganggu karena
frekuensi diare yang berlebihan, sehingga menjadi rewel.
4.
Pola aktivitas
Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
I.
Pemeriksaan Fisik (Robert Priharjo, 1995).
1. Sistem Neurologi,
Subyektif, klien tidak sadar,
kadang-kadang disertai kejang.
Inspeksi, Keadaan umum klien yang
diamati mulai pertama kali bertemu dengan klien. Keadaan sakit diamati apakah
berat, sedang, ringan atau tidak tampak sakit. Keadaran diamati komposmentis,
apatis, samnolen, delirium, stupor dan koma.
Palpasi, adakah parese, anestesia,
Perkusi, refleks fisiologis dan refleks
patologis.
2.
Sistem Penginderaan
Subyektif, klien merasa haus, mata
berkunang-kunang,
Inspeksi :
Kepala, kesemitiras
muka, cephal hematoma (-), caput sucedum (-), warna dan distibusi rambut serta
kondisi kulit kepala kering, pada neonatus dan bayi ubun-ubun besar tampak cekung.
Mata, Amati
mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah icterus. Reflek mata dan pupil
terhadap cahaya, isokor, miosis atau midriasis. Pada keadaan diare yang lebih
lanjut atau syok hipovolumia reflek pupil (-), mata cowong.
Hidung, pada
klien dengan dehidrasi berat dapat menimbulkan asidosis metabolik sehingga
kompensasinya adalah alkalosis respiratorik untuk mengeluarkan CO2 dan
mengambil O2,nampak adanya pernafasan cuping hidung.
Telinga,
adakah infeksi telinga (OMA, OMP)
berpengaruh pada kemungkinaninfeksi parenteal yang pada akhirnya menyebabkan
terjadinya diare (Lab. IKA FKUA, 1984)
Palpasi,
Kepala, Ubun-ubun
besar cekung, kulit kepala kering, sedangkan untuk anak-anak ubun-ubun besar
sudah menutup maximal umur 2 tahun. Mata, tekanan bola mata dapat
menurun,
Telinga, nyeri tekan, mastoiditis.
3.
Sistem Integumen
Subyektif, kulit kering
Inspeksi , kulit kering, sekresi sedikit, selaput mokosa
kering
Palpasi, tidak berkeringat, turgor kulit
(kekenyalan kulit kembali dalam 1 detik = dehidrasi ringan, 1-2 detik =
dehidrasi sedang dan > 2 detik = dehidrasi berat (Lab IKA FKUI, 1988).
4.
Sistem Kardiovaskuler
Subyektif, badan terasa panas tetapi
bagian tangan dan kaki terasa dingin
Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun,
pulasisi ictus cordis (-), adakah pembesaran jantung, suhu tubuh meningkat.
Palpasi, suhu akral dingin karena
perfusi jaringan menurun, heart rate meningkat karena casodilatasi pemuluh
darah, tahanan perifer menurun sehingga cardiac output meningkat. Kaji
frekuensi, irama dan kekuatan nadi.
Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk
jantung secara kasar pada kausus diare akut masih dalam batas normal (batas
kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal
pada ruang interkostalis ke 4,5 dan 8.
Auskultasi, pada dehidrasiberat dapat
terjadi gangguansirkulasi, auskulatasi bunyi jantung S1, S2, murmur atau bunyi
tambahan lainnya. Kaji tekanan darah.
5.
Sistem Pernafasan
Subyektif, sesak atau tidak
Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi ,
retraksi interkostal atau subcostal. Kaji frekuensi, irama dan tingkat
kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi, stridor pernafas inspirasi
atau ekspirasi.
Palpasi, kajik adanya massa, nyeri tekan
, kesemitrisan ekspansi, tacti vremitus (-).
Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop
kaji suara nafas vesikuler, intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi,
wheezing untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho pnemonia
atau infeksi lainnya.
6.
Sistem Pencernaan
Subyektif, Kelaparan, haus
Inspeksi, BAB, konsistensi (cair, padat,
lembek), frekuensilebih dari 3 kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendi
atau darah. Kontur permukaan kulit menurun, retraksi (-) dankesemitrisan
abdomen.
Auskultasi, Bising usus (dengan
menggunakan diafragma stetoskope), peristaltik usus meningkat (gurgling) >
5-20 detik dengan durasi 1 detik.
Perkusi, mendengar aanya gas, cairan
atau massa (-), hepar dan lien tidak membesar suara tymphani.
Palpasi, adakahnyueri tekan, superfisial
pemuluh darah, massa (-). Hepar dan lien tidak teraba.
7.
Sistem Perkemihan
Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya
Inspeksi, testis positif pada jenis
kelamin laki-laki, apak labio mayor menutupi labio minor, pemebsaran scrotum
(-), rambut(-). BAK frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing
spontan atau mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai
ketentuan.
Palpasi, adakah pemebsaran
scrotum,infeksi testis atau femosis.
8.
Sistem Muskuloskletal
Subyektif, lemah
Inspeksi, klien tampak lemah,
aktivitas menurun
Palpasi, hipotoni, kulit kering ,
elastisitas menurun. Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran berat badan dan
tinggi badan , kekuatan otot.
J. Pemeriksaan Penunjang
1.
ÿÿÿÿÿÿ80ÿÿÿÿÿÿÿÿlpÿÿÿÿaÿÿÿLaboratorium
(Lab IKA FKUI, 1988)
a.
Faeces lengkap
Ø
Makroskopis dan mikroskopis
(bakteri (+) mis. E. Coli)
Ø
PH dan kadar gula
Ø
Biakan dan uji resistensi
b.
Pemeriksaan Asam Basa
Analisa Baood Gas Darah dapat menimbulkan Asidosis metabolik dengan
kompensasi alkalosis respiratorik.
c.
Pemeriksaan kadar ureum
kreatinin
Untuk mengetahui faali ginjal
d.
Serum elektrolit (Na, K, Ca dan
Fosfor)
Pada diare dapat terjadi hiponatremia, hipokalsemia yang
memungkinkan terjadi penuruna kesadaran dan kejang.
e.
Pemeriksaan intubasi duedenum
Terutama untuk diare kronik dapat dideteksi jasad renik atau parasit
secara kualitatif dan kuantitatif.
2.
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada penyulit atau penyakit
penyerta seperti bronchopnemonia dll seperti foto thorax AP/PA Lateral.
K. Penatalaksanaan (Lab IKA FKUI, 1988 dan FKUA, 1984)
1.
Rehidrasi
a.
Jenis cairan
-
cara rehidrasi oral :
·
Formula lengkap (NaCl, NaHCO3,
KCl dan Glukosa) seperti oralit,pedyalit setiap kali diare.
·
Formula sederhana (NaCl dan
Sukrosa/KH lain) seperti LGG, tajin
-
cairan parenteral :
·
usia 0-2 hari dengan BB <
2500 D5%, BB > 2500 (aterm) D10%.
·
Usia 2 hari-3 bulan d100,18 NS
·
Usia 3 bulan- 3 tahun D51/4 NS
·
Usia > 3 tahun D51/2NS
·
HSD (Half Strength Darrow) D1/2
2,5 NS cairan khusus untuk diare > usia 3 bulan.
b.
Jalan pemberian
-
Oral (dehidrasi ringan, sedang
dan tanpa dehidrasi, anak mau minum serta kesadaran baik)
-
Intragastrik (dehidrasi ringan,
sedang, tanpa dehidrasi, anak tidak mau makan dan kesadaran menurun).
-
IV line bila dehidrasi berat
c.
Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan tergantung pada :
-
Defisit (derajat dehidrasi)
-
Kehilangan sesaat (concurent
loss)
-
Rumatan (maintenance)
d.
Jadual/kecepatan
Jadual atau kecepatan pemeberian cairan tergantung pada tingkat
dehidrasi dan umur. Untuk defisit diberikan 3 jampertama dan dilanjutkan
maintenance.
2.
Obat-obatan
a.
Obat anti sekresi
-
Asetosal, 25 mg/hr dengan
dosisminimal 30 mg
-
Klorpromasin, 0,5-1 mg/ kg
BB/hr
b.
Obat antispasmotilitik
Papaverin, opium. loperamid
c.
Antibiotik
-
Penyebab jelas
-
Ada penyakit penyerta
3.
Dietetik
a.
Anak < 1 tahun atau > 1
tahun denga BB < 7 kg
-
Susu ASI/ susu formula dengan
laktosa rendah
-
Makanan setengah padat (bubur
susu), makana padat
b.
Umur > 1 tahun dengan BB
> 7 kg
Makanan padat/ maknan cair/susu
c.
Dalam keadaan malabsorbsi berat
serta allergi protein susu sapi dapat diberikan elemental/semi elemental formula.
4.
Supportif
a. Vitamin A 200.000 iu IM usia
< 1 tahun
b. Vitamin A 100.000 iu IM usia
1-5 tahun
c. Vitamin A 5000 iu usia
> 5 tahun
d. Vitamin A 2.500 iu po usia
< 1 tahun
e. Vitamin A 5.000 iu po usia
> 1 tahun
f. Vitamin B kompleks, vit C
Rencana
Asuhan Keperawatan
I.
Ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare.
Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan
secara optimal.
Kriteria :
§
Tanda-tanda vital dalam batas
normal
§
Tanda-tanda dehidrasi (-),
turgor kulit elastis, membran mukosa basah, haluaran urine terkontrol, mata
tidak cowong dan ubun-ubun besar tidak cekung.
§
Konsistensi BAB liat/lembek dan
frekuensi 1 kali dalam sehari
§
Pemeriksaan laboratorium serum
elektrolit BJ urine 1,008-1,010; BUN dalam batas normal.
§
BGA dalam batas normal
Intervensi :
1.
Pantau tanda dan gejala
kekurangan cairan (dehidrasi)
R/ Penurunan volume cairan bersirkulasi menyebabkan kekeringan
jaringan dan pemekatan urine. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian
cairan segera untuk memperbaiki defisit.
2.
Pantau intake dan out put
R/ Haluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya tidak mencukupi
untuk mengkompensasi kehilangan cairan. Dehidrasi dapat meningkatkan laju
filtrasi glomerulus membuat haluaran tak adeguat untuk membersihkan sesa
metabolisme.
3.
Timbang BB setiap hari.
R/ Penimbangan BB harian yang tepat dapat mendeteksi kehilangan
cairan.
4.
Penatalaksanaan rehidrasi :
a.
Anjurkan keluarga bersama klien
untuk meinum yang banyak (LGG, oralit atau pedyalit 10 cc/kg BB/mencret.
R/ Kandungan Na, K dan glukosa dalam LGG, oralit dan pedyalit
mengandung elektrolit sebagai ganti cairan yang hilang secara peroral. Bula
menyebarkan gelombang udara dan mengurangi distensi.
b.
Pemberian cairan parenteral (IV
line) sesuai dengan umur dan penyulit (penyakit penyerta).
R/ Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang
yang kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemeberian cairan cepat
melalui IV line sebai pengganti cairan yang telah hilang.
5.
Kolaborasi :
a.
Pemeriksaan serum elektrolit
(Na, K dan Ca serta BUN)
R/ Serum elektrolit sebagai koreksi keseimbangan cairan dan
elektrolit. BUN untuk mengetahui faali ginjal (kompensasi).
b.
Obat-obatan (antisekresi,
antispasmolitik dan antibiotik)
R/ Antisekresi berfungsi untuk menurunkan sekresi cairan dan
elektrolit untuk keseimbangannya. Antispasmolitik berfungsi untuk proses
absrobsi normal. Antibiotik sebagai antibakteri berspektrum luas untuk
menghambat endoktoksin.
II.
Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan diare
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria :
§
Nafsu makan baik
§
BB ideal sesuai dengan umur dan
kondisi tubuh
§
Hasil pemeriksaan laborat protein dalam batas normal (3-5 mg/dalam)
Intervensi :
1.
Diskusikan dan jelaskan tentang
pembatasan diet (makanan yang berserat tinggi, berlemak dan air panas atau
dingin)
R/ Makanan ini dapat merangsang atau mengiritasi saluran usus.
2.
Timbang BB setiap hari
R/ Perubahan berat badan yang menurun menggambarkan peningkatan
kebutuhan kalori, protein dan vitamin.
3.
Ciptakan lingkungan yang
menyenagkan selama waktu makan dan bantu sesuai dengan kebutuhan.
R/ Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi releks dan
menyenangkan.
4.
Diskusikan dan jelaskan tentang
pentingnya makanan yang sesuai dengan kesehatan dan peningkatan daya tahan
tubuh.
R/ Makanan sebagai bahan yang dibutuhkan tubuh untuk proses
metabolisme dan katabolisme serta peningkatan daya tahan tubuh terutama dalam
keadaan sakit. Penjelasan yang diterima dapat membuka jalan pikiran untuk
mencoba dan melaksanakan apa yang diketahuinya.
5.
Kolaborasi :
a.
Dietetik
-
anak , 1 tahun/> 1 tahun
dengan BB < 7 kg diberi susu (ASI atau formula rendah laktosa), makan
setengah padat/makanan padat.
R/ Pada diare dengan usus yang terinfeksi enzim laktose inaktif
sehingga intoleransi laktose.
-
Umur > 1 tahun dengan BB
> 7 kg diberi makan susu/cair dan padat
R/ Makanan cukup gizi dan disesuaikan dengan kondisi kesehatan.
b.
Rehidrasi parenteral (IV line)
R/ Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang
yang kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemeberian cairan cepat
melalui IV line sebai pengganti cairan yang telah hilang.
c.
Supporatif (pemberian vitamin
A)
R/ Vitamin merupakan bagian dari kandungan zat gizi yang diperlukan
tubuh terutama pada bayi untuk proses pertumbuhan.
I.
Risiko injuri kulit
(area perianal) berhubungan dengan peningkatan frekuensi diare
Tujuan : Injuri kulit tidak terjadi
Kriteria :
§
Integritas kulit utuh
§
Iritasi tidak terjadi
§
Kulittidak hiperemia,atau
iscemia
§
Kebersihan peranal terjaga dan
tetap bersih
§
Keluarga dapat
mendemonstrasikan dan melakasnakan perawatan perianal dengan baik dan benar
Intervensi :
1.
Diskusikan dan jelaskan
pentingnya menjaga kebersihan di tempat tidur .
R/ Kebersihan mencegah aktivitas kuman. Informasi yang adeguat
melalui metode diskusi dapat memberikan gambaran tentang pentingnya kebersihan
dan keadaran partisipasi dalam peningkatan kesehatan.
2.
Libatkan dan demonstrasikan
cara perawatan perianal bila basah akibat diare atau kencing dengan
mengeringkannya dan mengganti pakaian bawah. serta alasnya.
R/ Kooperatif dan partisipati sangat penting untuk peningkatan dan
pencegahan untuk mencegah terjadinya disintegrasi kulit yang tidak diharapkan.
3.
Menganjurkan keluarga untuk
mengganti pakaian bawah yang basah.
R/ Kelembaban dan keasaman faeces merupakan faktor pencetus
timbulnya iritasi. Untuk itu pengertian akan mendorong keluarga untuk mengatasi
masalah tersebut.
4.
Lindungi area perianal dari
irtasi dengan pemeberian lotion.
R/ Sering BAB dengan peningkatan keasaman dapat dikurangi dengan
menjaga kebersihan dan pemberian lotion dari iritasi.
5.
Atur posisi klien selang 2-3
jam.
R/ Posisi yang bergantian berpengaruh pada proses vaskularisasi
lancar dan mengurangi penekanan yang lama, sehingga mencegah ischemia dan
iritasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar